Oleh : M. Imam
Rohmatullah
Berbagai event
digelar oleh rakyat Indonesia untuk menyemarakan kemerdekaan RI yang ke 71 ini,
mulai peringatan upacara, pengajian, selamatan, lomba-lomba agustusan,
pemasangan atribut sampai tulisan-tulisan kemerdekaan. Hal itu sudah menjadi
agenda tahunan yang mewarnai momentum agustusan. Setidaknya itu dilakukan untuk
membuktikan semangat nasionalisme dan juga untuk mengenang jasa-jasa para
pahlawan yang mengorbankan jiwa dan raganya untuk meraih kedaulatan bangsa
Indonesia.
Nasionalisme
merupakan ungkapan akan kecintaan sebuah rakyat kepada tanah airnya, ia
merupakan salah satu kategori Fanatisme lahiriyyah yang di miliki oleh
setiap manusia. Para hukama' mengklasifikasikan rasa fanatisme manusia menjadi
3, fanatisme idieologi (ashobiyyah madzhabiyyah), fanatisme kesukuan (ashobiyyah
qobiliyyah), fanatisme tanah air atau nasionalisme (ashobiyyah
wathoniyyah).
Kita harus
sadari bahwa nasionalisme adalah karakter fithriyyah yang bisa dimiliki
oleh setiap manusia, entah latar belakang sosial mereka sebagai seorang
pejabat, saudagar, kiai, santri, rakyat jelata dan lain sebagainya. Sebenarnya
semangat nasionalisme dikalangan pesantren
sudah ditanamkan oleh para kiai sejak zaman penjajahan dahulu, terbukti
betapa banyak nyawa kiai dan santri yang gugur demi merebut kemerdekaan
Indonesia dari tangan penjajah, bagaimana seorang mbah Hasyim As'ary mengeluarkan
fatwa jihadnya melawan penjajah ketika mendengar tentara kolonial berusaha
menduduki kedaulatan Indonesia di Surabaya, hal itu tak lain untuk
membangkitkan semangat nasionalisme untuk membela kedaulatan negara dan agama,
karna fanatisme dan nasionalisme merupakan modal utama meraih kedaulatan bangsa
dan negara. Sebagaimana yang disampaikan pakar sosialogi Islam Ibnu Kholdun di
dalam Muqoddimahnya, "Kedaulatan
sebuah negara hanya dapat diraih oleh rasa nasionalisme yang tinggi (ashobiyyah
wathoniyyah)”. Itu hanya sekelumit gambaran tentang jiwa nasionalisme kaum
pesantren, betapa besar jasa para kiai dan santri sehingga harus
mempertaruhakan nyawa sekalipun untuk membela tanah air.
Semoga
peringatan 71 tahun kemerdekaan Indonesia ini menjadi momentum untuk
membangkitkan kembali nasionalisme yang akhir-akhir ini mulai redup dikalangan pesantren,. Sebagai bentuk kecintaan
dan loyalitas kita terhadap tanah air tempat kita berpijak, yang tak lain
merupakan salah satu instrument manusia mengarungi hidup, sebagaimana ungkapan Sayyidina
Ali R.A : "Ammartu Ad-Dunya Bi Hubbil Awthon". Dan juga sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa-jasa
pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, sehingga kita bisa
menjalani hidup damai, tentram, bebas dalam melakukan setiap aktifitas
keagamaan maupun sosial, yang tak lain merupakan haq setiap manusia (haqqul
hurryiah).
Marilah
semangat nasionalisme ini kita ekspresikan dengan cara kita masing-masing. Jika
seorang tentara misalnya dengan menjaga kedaulatan negara, cara pejabat
pemerintah dengan mensejahterakan rakyatnya, cara petani dengan menanam padi
agar pangan tetap terjamin, cara santri dengan memompa semangat belajar ilmu
agama yang tak lain merupakan salah satu pilar negara sebagai pedoman hidup
rakyatnya dan lain sebagainya. Jika setiap elemen bangsa mengisinya dengan
porsinya masing-masing, maka bisa terwujudlah sebuah baldatun thoyyibun wa
rabbun ghofur seperti yang dicata-citakan oleh para kiai. Semua itu hanya
dapat diraih dengan rasa nasionalisme, Sebagaiamana ungkapan seorang penyair
kenamaan mesir Syauwqi Bik : ”hubbul wathon intihadul himam".
Semoga
bermanfaat.
No comments:
Post a Comment